A.
Behaviorisme : adalah posisi filosofi yang mengatakan
bahwa untuk menjadi ilmu pengetahuan, psikologi harus memfokuskan perhatiannya
pada sesuatu yang bisa diteliti lingkungan dan perilaku dari pada fokus pada
apa yang tersedia dalam individu persepsi-persepsi , pikiran-pikiran, berbagai
citra, perasaan-perasaan, dan sebagainya. Perasaan itu sifatnya subjektif dan
kebal bagi pengukuran, sehingga tidak akan pernah bisa menjadi ilmu pengetahuan
yang objektif. Kerangka kerja (frame work) dari teori pendidikan behaviorisme
adalah empirisme. Asumsi filosofis daro behaviorisme adalah nature of human being ( manusia tumbuh
secara alami). Latar belakang empirisme adalah how we know what we know. Tokoh
aliran behaviorisme antara lain (1. Pavlov ) (2. Watson ) (3. Skinner ) (4.
Hull ) (5. Guthrie ) dan ( 6. Thorndike ).
B.
Kognitivisme :
kerangka kerja atau dasar pemikiran dari tori pendidikan kognitivisme adalah
dasarnya rasional. Teori ini memiliki asumsi filososfi, yaitu the way in which we learn. Pengetahua
seseorang diperoleh berdasarkan pemikiran. Inilah yang disebut dengan filosofi
rationalisme. Menurut aliran ini, kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita
dalam menafsirkan peristiwa/kejadian yang terjadi di dalam lingkungan. Teori
kognitivisme berusaha menjelaskan dalam belajar bagaimana orang-orang berpikir.
Aliran ini, menjelaskan bagaimana belajar terjadi dan menjelaskan secara alami
kegiatan mental internal dalam diri kita. Oleh karena itu, dalam aliran
kognitivisme lebih mementingkan proses
belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Karena menurut teori ini bahwa
belajar melibatkan proses berpikir yang
kompleks. Tokoh aliran kognitivisme adalah piaget, bruner, dan ausebel.
C.
Konstruktivisme :
menurut teori konstruktivisme yang menjadi dasar bahwa siswa memperoleh
pengetahuan adalah karena keaktifan siswa itu sendiri. Teori ini adalah
merupakan peningkatan dari teori yang diketemukan oleh piaget, vigotsky, dan
bruner. Konsep pembelajaran menurut teori konstruktivisme adalah suatu
proses pembelajaran yang mengondisikan
siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru,pengertian baru, dan
pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karenaitu, proses pembelajaran harus
dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa
mengorganisasikan pengalaman sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna. Jadi,
dalam pandangan konstruktivisme sangat penting peran siswa untuk dapat
membangun constructive habits of mind.
Agar siswa memiliki kebiasaan berpikir,
maka dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar.
D.
Teori belajar humanistik : dalam teori belajar humanistik, belajar
dianggap berhasil jika pembelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun dirinya mampu
mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya. Tokoh-tokoh teori belajar humanistik antara lain : Arthur
W. Combs, Abraham Maslow, dan Carl roger.
Mau tau lebih lanjut tentang aliran-aliran pendidikan >>Klik disini<<
0 komentar:
Posting Komentar